Saya rela di panggil judes asal kan kalian tidak telat
Saya lebih memilih di katakan judes, terserah deh penilaian semua orang. Yang jelas saya tak akan pernah mau mentolerir keterlambatan SDM yang berada di area koordinasi saya. Memang , saya sadar sekali, di awal pasti akan banyak yang kontra dengan ini, tapi mengubah segala sesuatu untuk menjadi lebih baik ada kalanya akan menyakitkan di awal.
Bagi saya semenit, 5 menit, 1 Jam, semuanya sama. Terlambat.
Ini adalah bagian dari proses tanggung jawab saya, bagian dari membalas kepercayaan yang telah di berikan. Siapapun yang terlambat barang semenit pun yang berada di area koordinasi saya, HRD sekalipun silahkan pulang dan akan di anggap ijin untuk hari itu. Makna ijin artinya, gaji akan di hitung proporsional sesuai kehadiran, begitu juga akan berpengaruh ke penilaian prestasi kerja dan premi prestasi yang di dapatkan. Ini tentu saja bukan karena saya mentang2…tp ini adalah bagian dari pendidikan karyawan, proses pengembangan SDM. Tindakan ini memang saya ambil untuk menyikapi keterlambatan yang sudah berlebihan. Dulu di tempat kami ada toleransi keterlambatan 10 menit, akibatnya malah hampir semua karyawan telat 10 menit, mungkin anggapan mereka, kan masih dalam batas toleransi. Tentunya saya tak bisa mendiamkan ini, mau di katakan saya bau kencur, baru lulus makan bangku kuliah sudah berani macem2 ngubah peraturan…saya ga peduli
Bagi saya keterlambatan itu artinya tak bisa memanage diri dengan baik. Bagaimana orang akan memange pekerjaan dengan baik, kalo memanage diri sendiri yang semuanya serba nempel aja ga bisa…apa jadinya kl semua organ ini mesti di setting..bisa2 udah nyampe kantor telat..eh masih ketinggalan hidungnya di rumah
Alasan macet, semacet apa sih kota Malang, apa susahnya berangkat 10 menit atau 15 menit lebih awal dari biasanya. Ga perlu berangkat pagi shubuh untuk sampai ke tempat kerja tepat waktu. Ada lagi karyawan jabatannya cukup tinggi,dan punya banyak bawahan, yang rumahnya di surabaya, tiap hari alasan macet lumpur lapindo…bagi saya, alangkah bodohnya dia, setiap hari telat dengan alasan yang sama…kenapa ga berangkat lebih pagi , bukankah dia sudah paham dari 3 tahun lalu kl lapindo pasti macet…di mana kemampuan memanage waktunya, akibatnya anak buahnya pun yg notabene rumahnya di malang jd ikutan sering nelat……mungkin pikirannya lah wong bosnya sendiri suka nelat….
Terhadap orang yang suka terlambat… apa mungkin saya akan mempercayainya untuk mengerjakan project2 yang membutuhkan ketepatan waktu…jangan harap sedikitpun…
Bagi saya ketepatan waktu sangat penting…contoh kecil saja, apa jadinya kalau semua sopir dari Divisi kendaraan telat…sopir telat artinya pengambilan bahan baku ke Gudang Bahan baku jadi telat…ketelatan bahan baku akan mengacaukan perencanaan produksi yang disusun…minimal kalau telat .. Lah kalau produksi sampai tertunda lebih ekstremnnya…artinya? ….produksi yang harusnya mencapai target jadi hanya sepersekian dr target, efisiensi ga jalan…SDM yang ada ga termanfaatkan secara optimal
Pemenuhan order marketing ke konsumen telat…ketidakpuasan pelanggan muncul…gawat kan….
jadi … saya tak akan pernah mentolerir keterlambatan sedikitpun…kalau saya tolerir 5 menit…pasti akan banyak karyawan masuk 5 menit setelah jam yang di tentukan….bayangkan kalo sekitar 2 ribu karyawan terlambat…artinya 2000 x 5 menit = 10.000 menit = 166 ,67 jam…wow, ada inefisiensi jam kerja 166 ,67 jam, seandainya semenit maka 2000 menit atau 33,33 jam.
Kesimpulan : judes…why not asal jangan telat…saya terima deh apapun sebutannya..hihi
toh ini tidak hanya menyiksa atau mendidik yang biasa telat saja. Saya pun juga terdidik dengan sistem yang saya susun sendiri. Saya yang biasanya suka balik tidur selepas shubuh, jadi ga bisa tenang tidur lagi. Apa jadinya kkalau si pembuat kebijakan malah melanggar kebijakan yang di buat…bunuh diri dong..konsekuensinya lebih berat..tak hanya sanksi gaji , prestasi dan premi..tapi akan ada beban mental…
Bagi saya semenit, 5 menit, 1 Jam, semuanya sama. Terlambat.
Ini adalah bagian dari proses tanggung jawab saya, bagian dari membalas kepercayaan yang telah di berikan. Siapapun yang terlambat barang semenit pun yang berada di area koordinasi saya, HRD sekalipun silahkan pulang dan akan di anggap ijin untuk hari itu. Makna ijin artinya, gaji akan di hitung proporsional sesuai kehadiran, begitu juga akan berpengaruh ke penilaian prestasi kerja dan premi prestasi yang di dapatkan. Ini tentu saja bukan karena saya mentang2…tp ini adalah bagian dari pendidikan karyawan, proses pengembangan SDM. Tindakan ini memang saya ambil untuk menyikapi keterlambatan yang sudah berlebihan. Dulu di tempat kami ada toleransi keterlambatan 10 menit, akibatnya malah hampir semua karyawan telat 10 menit, mungkin anggapan mereka, kan masih dalam batas toleransi. Tentunya saya tak bisa mendiamkan ini, mau di katakan saya bau kencur, baru lulus makan bangku kuliah sudah berani macem2 ngubah peraturan…saya ga peduli
Bagi saya keterlambatan itu artinya tak bisa memanage diri dengan baik. Bagaimana orang akan memange pekerjaan dengan baik, kalo memanage diri sendiri yang semuanya serba nempel aja ga bisa…apa jadinya kl semua organ ini mesti di setting..bisa2 udah nyampe kantor telat..eh masih ketinggalan hidungnya di rumah
Alasan macet, semacet apa sih kota Malang, apa susahnya berangkat 10 menit atau 15 menit lebih awal dari biasanya. Ga perlu berangkat pagi shubuh untuk sampai ke tempat kerja tepat waktu. Ada lagi karyawan jabatannya cukup tinggi,dan punya banyak bawahan, yang rumahnya di surabaya, tiap hari alasan macet lumpur lapindo…bagi saya, alangkah bodohnya dia, setiap hari telat dengan alasan yang sama…kenapa ga berangkat lebih pagi , bukankah dia sudah paham dari 3 tahun lalu kl lapindo pasti macet…di mana kemampuan memanage waktunya, akibatnya anak buahnya pun yg notabene rumahnya di malang jd ikutan sering nelat……mungkin pikirannya lah wong bosnya sendiri suka nelat….
Terhadap orang yang suka terlambat… apa mungkin saya akan mempercayainya untuk mengerjakan project2 yang membutuhkan ketepatan waktu…jangan harap sedikitpun…
Bagi saya ketepatan waktu sangat penting…contoh kecil saja, apa jadinya kalau semua sopir dari Divisi kendaraan telat…sopir telat artinya pengambilan bahan baku ke Gudang Bahan baku jadi telat…ketelatan bahan baku akan mengacaukan perencanaan produksi yang disusun…minimal kalau telat .. Lah kalau produksi sampai tertunda lebih ekstremnnya…artinya? ….produksi yang harusnya mencapai target jadi hanya sepersekian dr target, efisiensi ga jalan…SDM yang ada ga termanfaatkan secara optimal
Pemenuhan order marketing ke konsumen telat…ketidakpuasan pelanggan muncul…gawat kan….
jadi … saya tak akan pernah mentolerir keterlambatan sedikitpun…kalau saya tolerir 5 menit…pasti akan banyak karyawan masuk 5 menit setelah jam yang di tentukan….bayangkan kalo sekitar 2 ribu karyawan terlambat…artinya 2000 x 5 menit = 10.000 menit = 166 ,67 jam…wow, ada inefisiensi jam kerja 166 ,67 jam, seandainya semenit maka 2000 menit atau 33,33 jam.
Kesimpulan : judes…why not asal jangan telat…saya terima deh apapun sebutannya..hihi
toh ini tidak hanya menyiksa atau mendidik yang biasa telat saja. Saya pun juga terdidik dengan sistem yang saya susun sendiri. Saya yang biasanya suka balik tidur selepas shubuh, jadi ga bisa tenang tidur lagi. Apa jadinya kkalau si pembuat kebijakan malah melanggar kebijakan yang di buat…bunuh diri dong..konsekuensinya lebih berat..tak hanya sanksi gaji , prestasi dan premi..tapi akan ada beban mental…
Komentar
Posting Komentar