Kejahatan Berkedok FB

Tak perlu waktu lama untuk menyadari bahwa akun fesbuk saya telah dibajak oleh seorang cracker (seorang kompasianer lebih memilih istilah ini ketimbang hacker). Akun yang saya rawat selama tiga tahun lebih satu bulan akhirnya berpindah tangan dan terpaksa saya “tutup sebelum waktunya”.
Ya, dulu ketika memutuskan membuka akun fesbuk pada medio Februari 2008, saya memang memutuskan waktu  “bermain” media jejaring sosial ini hanya 5 tahun saja. Setelahnya, entahlah. Tidak ada alasan filosofis, sentimentil, ideologis dibalik pemilihan angka “5” ini, apalagi pertimbangan mistis. Anggaplah sekedar kelancangan kecil menyaru rentang waktu pemilihan presiden dan wakil rakyat yang diselenggarakan rutin 5 tahun-an.
Jujur saya tidak mengerti bagaimana akun tersebut bisa dibobol. Semakin dipikirkan, semakin pusing jadinya. Karena itu saya lebih memilih berpikir apa langkah strategis berikutnya.
Pasca pembajakan itu saya tidak lagi bisa mengakses fesbuk atas nama saya. Tampaknya sang cracker telah mengubah alamat email yang saya biasa gunakan untuk log-in, sehingga kini sang pembobol telah berkuasa penuh atas apa yang pernah menjadi hak milik saya. Sekedar informasi bahkan email log-in itu pun berhasil dibobol. Buktinya adalah hilangnya semua data surat-surat pribadi di inbox saya. Mudah-mudahan setelah saya mengganti password, koneksi perkawanan via email tersebut tidak lantas menguap.
Lalu, apa yang terjadi dengan akun saya?
Kini wall “saya” dipenuhi dengan foto-foto tawaran barang elektronik murah-meriah. Mulai dari laptop, i-phone merk Apple, i-pad, kamera NIKON digital SLR, Blackberry Torch, dan lain sebagainya dengan harga banderol setengah harga pasar! Plus dilengkapi jua dengan foto-foto bukti transfer yang telah dilakukan.

Untuk menjaga agar foto-foto tersebut berada di “TOP NEWS” dan mudah dilihat, ia dan komplotannya sengaja memberi tanda jempol pada setiap foto yang dikirimkan. Komplotan? Yupz, saya menduga ini memang kerja berjejaring karena akun seorang anggota DPR dari Dapil Jabar Fraksi PG yang kebetulan menjadi list friend saya turut memberi “jempol”. Saya menduga akun aleg tersebut juga turut dibajak. Buktinya adalah akun tersebut dengan lihainya menuliskan ucapan terima kasih atas kiriman barang yang dilakukan oleh “saya”. “Saya” bahkan sempat-sempatnya menambah teman-teman yang tak saya kenal. “Namanya alay pisan….”, begitu tanggapan istri. Menguatkan dugaan saya bahwa ini memang kelakuan kelompok jaringan.
Beberapa kawan mulai terpengaruh. Semenjak sore hingga malam telepon selular saya tak hentinya berbunyi menanyakan perihal barang yang ditawarkan. Beberapa saudara yang berdomisili di Jatim sekalipun sampai repot-repot menelepon mengutarakan siap mentransfer sejumlah uang sesuai yang “saya” tulis. Luar biasa persuasi yang digunakan oleh “saya

Komentar

Postingan Populer